Dieng Destinasi One Team Family Berlebaran


Momen liburan panjang, selalu digunakan dengan baik oleh sebagian orang, dengan cara merenacanakan perjalanan bersama orang-orang terdekatnta. Dengan maksud hanya ingin menghabiskan waktu menikmati suasan berbeda. Ini meruakan kesenangan tersendiri yang tidak bisa diungkapkan dalam sebuah kalimat. Yang terpenting disini adalah semua menikmati suasan akrab.

Untuk itu, bertepatan dengan momen libur lebaran tahun ini, saya sengaja mengajak keluarga untuk mencoba mengeksplor tempat wisata di pulau Jawa. Sebenarnya ada beberapa tempat wisata yang ingin kami datangi, namun kami pilih Dieng sebagai tujuan wisata kami. Alasannya, tidak terlalu jauh dan bisa dijangkau dengan kendaraan roda dua maupun roda empat. Sekaligus ingin menjajal jalan tol trans jawa menuju lokasi.

Kami sekeluarga berangkat dari Jakarta melalui jalan tol. Keluar di gerbang tol Batang/ Pekalongan. Menyusuri jalan propinsi Batang, jalan raya Wonosegoro, jalan raya Kambangan, jalan raya Bandar Batur, jalan Tlagabang, Batur Banjarnegara. Karena perjalanan kami bertepatan masih bulan puasa, jadinya café atau warung makan disepanjang rute yang kami lalui terlihat masih tutup.

Rute yang kami pilih, terlihat masih beberapa ruas jalan yang belum kelar pengerjaan. Untuk itu perlu hati-hati apalagi tikungan dan tanjakan. Namun semua kami lewati tanpa kendala, dikarenakan mobil yang kami gunakan telah siap mengantisipasi keadaan di jalan raya. Anak dan istri pun terlihat senang.

Sembungan, Negeri Diatas Awan

Tiba di Dieng sekitar pukul 12.00wib, langsung mengisi perut di warung terdekat, sebelum melepas lelah di home stay. Kami harus mencari informasi mengenai lokasi negeri diatas awan tersebut. Menurut pemilik home stay, kalau ingin mengetahui lokasi dan biar tidak telat datang, sebaiknya survey dulu. Waktu menunjukkan pukul 15.00wib. Kami mulai mencoba menuju lokasi tersebut. Rupanya Desa Sembungan lah merupakan “Negeri Diatas Awan” bukan Dieng. Dipakai nama Dieng karena sudah sejak dari dulu, nama ini dipakai. Begitu juga karena Desa Sembungan letaknya agak jauh kedalam hutan dan gunung, juga berada dalam satu wilayah Desa Dieng.


Letaknya paling tertinggi diantara desa desa yang ada di pulau Jawa, yakni 2.100 meter diatas permukaan laut. Dihuni sekitar 1.300 jiwa, mayoritas berprofesi sebagi petani sayuran dan buah papaya gunung. Desa ini sangat indah karena keberadaan sebuah telaga bernama Telaga Cebong yang dikelilingi bukit yang berhiaskan hijaunya areal perkebunan sayuran warga. Desa ini menjadi akses utama menuju Gunung Sikunir, spot terbaik untuk melihat Golden Sunrise di Dieng.


Gunung Sikunir Golden Sunrise

Keesokan harinya, kami mulai mencoba menuju lokasi tujuan wisata kami. Sekitar pukul 03.00wib, kami sudah keluar dari penginapan menggunakan mobil. Perjalanan kami memakan waktu kurang lebih 30 menit dengan jarak 7 kilometer. Perlu berhati-hati karena jarak pandang tergangu oleh kabut tebal.


Pada saat memasuki desa Sembungan, kita harus membayar tiket masuk sebesar Rp. 10.000 per orang sudah termasuk ongkos parkir. Tapi bila ingin sekedar menolong warga, disana silahkan lebih dengan sukarela. Semua fasilitas disana dikelolah warga desa setempat. Yang perlu diperhatikan, bahwa setelah bayar tiket masuk, jalan yang akan dilalui menuju lokasi parkir hanya dilewati satu mobil alias sempit, untuk itu perlu hati-hati. Namun jangan khawatir, karena petugas disana sudah mengantisipasi dengan menggunakan HT. Kadang terlewatkan juga, akhirnya butuh kerelaan atau kerendahan hati pengendara untuk saling mengalah.


Setibanya di lokasi parkir, kami melanjutkan dengan berjalan kaki. Jarak waktu yang kami tempuh menuju puncak sekitar 20 menit. Ratusan anak tangga buatan warga disitu cukup aman untuk kita lalui. Pegangan kayu untuk membantu menarik badan, cukup seadanya, namun sangat membantu, apalagi buat yang berusia diatas kepala lima. Perjalanan menuju keatas tida terasa lelah, karena banyak pengunjung yang berlomba-lomba menuju lokasi tersebut.


Berbagai Gaya Menyambut Sang Fajar

Akhirnya kami tiba di lokasi sekitar pukul 05.00wib. Rupanya sudah banyak pengunjung yang memenuhi lokasi terbaik melihat munculnya si mentari pagi. Selama hampir satu jam kami menunggu, dan mulai terlihat pelan-pelan namun pasti, salah satu tata surya yang punya peran besar dalam menyinari jagat raya ini muncul. Dan terlihat juga semua mata memandang benda tersebut. Disertai kegiatan memotret. Awan pun tidak mau ketinggalan dengan bergerak perlahan-lahan menyambut dan menampilkan warna warninya.


Selama satu jam kami bercengkerama di Sikunir seraya menikmati ciptaan Tuhan yang terindah. Semua pengunjung pun melakukan hal yang sama. Dan mulai perlahan-lahan pengunjung satu persatu meninggalkan lokasi yang begitu indah tersebut. Jalan anak tangga kembali ramai menyambut pengunjung untuk kembali ke desa Sembungan, tempat parkiran kendaraan pengunjung.


Kami menyempatkan waktu untuk membeli sayur-sayuran hasil perkebunan warga setempat. Disini lumayan masih segar dan murah, apalagi kentangnya terkenal enak. Kami kembali menyusuri jalan menuju Kawah Sikidang. Lokasi ini terdapat air kawah panas bagaikan sedang dimasak. Dikelilingi bebatuan berwarna keputihan. Bagi anda yang suka motor trail, anda bisa menyewa dengan harga tiga puluh ribu untuk tiga puluh menit.


Sebagai tambahan informasi bagi sobat-sobat yang ingin kesana. Anda harus menyediakan baju hangat, jaket ekstra tebal, kupluk, masker, sandal gunung, sarung tangan, dan kaos kaki. Semua perlengkapan tersebut bisa dibeli di Dieng. Harga penginapan disana mulai dari dua ratusan ribu sampai hampir satu juta. Sesuai kebutuhan kita. Tersedia juga angkutan umum dari Dieng menuju Desa Sembungan. Ada lagi nehhh, sobat-sobat belum pernah menginjak bongkahan batu es ? Kalau ingin mencoba, silahkan saja melepas alas kaki dalam ruangan Home Stay. Dingiiiiinnya sampai ke ubun ubun. Hehehehehe,,,,


Salam One Team,,,!

Share:

Leave a Comment

Join One Team MemberorDonate for Projects